i
Rate This
Quantcast
A. Renungan
a. Salam semakin jarang diucap dalam keluarga
b. Gengsi mengucap kata maaf
c. Enggan mengucap terima kasih
d. Siswa sering tawuran dan terlibat kriminalitas serta Narkoba
e. TV dan Handphone cendrung mengalihkan perhatian orang tua terhadap anak

B. Asumsi:
Hal-hal di atas terjadi akibat dari lemahnya penanaman akidah/ olah hati, olah rasa, dan olah raga terhadap anak sejak usia dini.
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini lebih banyak berpihak kepada keinginan orangtua anak untuk lebih memper-banyak layanan olah pikir agar anaknya cepat bisa “membaca, menulis dan berhitung” meskipun penanaman akidah-nya lemah.
 C. Konsep dasar PAUD
Mendalami konsep dasar PAUD yang terkandung dalam amanat Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam dalam Bab I Pasal 1 butir 14, berbunyi :
“Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan  pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”
 Dari pernyataan di atas, ada beberapa pointpenting yang perlu kita pahami, yaitu;
a)    PAUD adalah suatu UPAYA PEMBINAAN
b)    Sasaran PAUD adalah ANAK SEJAK LAHIR SAMPAI 6 TAHUN
c)    Cara melaksanakan PAUD adalah melalui PEMBERIAN RANG-SANGAN PENDIDIKAN
d)    Tujuan PAUD adalah untuk MEM-BANTU PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JASMANI DAN ROHANI ANAK
e)    Hasil yang diharapkan melalui PAUD adalah AGAR ANAK SIAP MEMASUKI
f)     PENDIDIKAN LEBIH LANJUT
D. Penyamaan persepsi
 Disamping itu terdapat pula hal yang sangat menarik untuk dikaji, yaitu sasaran PAUD adalah anak SEJAK LAHIR sampai USIA 6 TAHUN. Ini menimbulkan berbagai persepsi keraguan, bagaimana memberikan rangsangan pendidikan kepada anak sejak lahir tersebut, sedang sang anak belum bisa melihat dan mendengar apalagi memberi respon. Oleh karena itu, penulis ingin memaparkan beberapa konsep berpikir untuk menyamakan persepsi sebagai berikut ;
  1. PAUD dapat ditempuh dalam 3 (tiga) fase, yaitu; fase keluarga, fase dalam masyarakat dan fase melalui lembaga pendidikan.
  2. PAUD bukan proses belajar mengajar, tetapi upaya pembinaan yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
  3. Rangsangan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan Bermain Sambil Belajar, bukan melalui aktivitas belajar mengajar
  4. PAUD tidak mengisi otak akan tetapi memperkokoh otak melalui stimulasi kecerdasan jamak
  5. Kegiatan Bermain Sambil Belajar merupakan bingkai layanan kecerdasan jamak yang difokuskan pada 3 jenis main, yaitu Main Sensori Motor, Main Peran dan Main Pembangunan.
  6. Kegiatan Bermain Sambil Belajar yang benar bagi anak PAUD lebih dominan dilakukan melalui proses Olah Hati, Olah Rasa dan Olah Raga, seraya meletakkan konsep dasar Olah Pikir.
  7. Bermain Sambil Belajar hendaklah banyak diwarnai dengan gerak dan lagu, bertutur, dan berdongeng (untuk merangsang berbagai kecerdasan anak).
 E. Rangsangan PAUD dalam keluarga dan dalam masyarakat
 Untuk memperkuat terwujudnya rangsangan PAUD secara holistik, perlu dihidupkan kembali beberapa stimulasi/rangsangan yang dapat dilakukan dalam keluarga dan masyarakat sebagai berikut;
  1. Rangsangan Pendidikan dalam keluarga yang perlu dilakukan hingga akhir masa menyusui (2 tahun) ;
a)    Mengumandangkan azan dan qamat ketika anak lahir
b)    Membelai dengan kasih saying diiringi kata-kata pujaan terhadap anak
c)    Bermain ciluk ba dengan anak untuk merangsang refleksitas anak
d)    Berkomunikasi dengan anak secara verbal ketika menyusui, memandikan, memasang baju dan memberi makan.
e)    Menyanyikan lagu-lagu spritual atau fatwa-fatwa pengantar tidur
f)     Sering mengucapkan kata-kata, atau kalimat toyibah secara lugas dan jelas kepada anak (tidak berucap telo/pelat kepada anak)
g)    Mengenalkan anak situasi rumah dan alam sekitar
h)    Berceloteh dengan anak ketika dalam perjalanan
i)      Mebiasakan anak mengucap kata maaf, terima kasih dan permisi
j)      Berdongeng/bertutur ketika ada waktu luang
k)    Memberikan penjelasan kepada anak saat menonton TV
l)      Memperhatikan ketika anak memerlukan bantuan
2. Rangsangan PAUD dalam masyarakat/lingkungan (sejak usia anak layak main keluar rumah) tapi tetap memerlukan pengawasan dan pembinaan;
a)    Bermain sesama teman sebaya
b)    Bermain perang-perangan
c)    Bermain kejar-kejaran
d)    Bermain mobil-mobilan
e)    Bermain layangan
f)     Bermain Congklak
g)    Bermain Patok Lele
h)    Bermain Bola
i)      Bermain masak-masakan,dll
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas diharapkan agar semua pembaca khususnya orangtua (Ibu/Ayah) dapat memahami pesan berikut ;
  1. Mulailah untuk terus memberikan rangsangan pendidikan kepada anak sesering mungkin
  2. Tidak melarang anak untuk bermain dengan teman sebaya dikarenakan takut mainannya rusak atau takut anak-anak berkelahi.
  3. Lakukan pembinaan dan pengawasan ketika anak bermain dengan temantemannya
  4. Perankan diri kita sebagai fasilitator ketika anak bermain dengan teman-temannya
  5. Luangkan waktu untuk banyak berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak
  6. PAUD bukan segala-galanya, tapi segalagalanya berawal dari PAUD
  7. Karakter seorang anak ditentukan seberapa banyak penanaman akidah yang mereka peroleh sejak lahir hingga usia 8 tahun ( Imam Al-Ghazali)
  8. Belajar diwaktu kecil laksana mengukir diatas batu, belajar ketika dewasa laksana mengukir di atas air
By. Syaid Ja’far Pemerhati Pendidikan Propinsi Jambi