Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Jumat, 30 Desember 2011

PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL

A. Pengertian Pendidikan
1.         Batasan tentang pendidikan
Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kanduangannya pun berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang mendasarinya. Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda, yaitu:
a.       Pendidikan sebagai Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, bercocok tanam, dan seterusya.
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok untuk diteruskan misalnya nilai-nilia kejujuran, rasa tanggung jawab, dan yang lain-lain.
Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas meyiapkan peserta didik ke masa depan yang lebih mapan.
b.      Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan di artikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya keperibadian peserta didik.
Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan (prosedural) dan sistemik oleh karena berlangsung dalam kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi. Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut dengan pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang sejalan dengan perkembanga fisik.
c.       Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik. Tentu saja istilah baik di sini bersifat relatif, tergantung kepad tujuan nasional dari masing-masing bangsa,  oleh kerena masing-masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda.
Bagi kita warga Negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga Negara, hal ini ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada terkecualinya.
d.      Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan pembimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Bekerja menjadi penopang hidup seseorang dan keluarga sehingga tidak bergantung dan mengganggu orang lain. Melalui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja karena menerima imbalan melainkan juga karena seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang lain (jasa ataupun benda), bergaul, berkreasi, dan bersibuk diri. Kebenaran hal tersebut menjadi jelas kita melihat yang sebalikya, yaitu ketika seseorang mengaggur dan tidak tau apa yang harus dikerjakan.
e.       Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2.         Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat tentang gambaran nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai.oleh segenap kegiatan pendidikan.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah sehingga harus dicegah.
Tujuan pendidikan yang dimaksud disini adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal yang berada dalam masyarakat dan Negara Indonesia. Telah dikatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat dan Negara yang bersangkutan. Berikut ini beberap contoh rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan dalam ketetapan MPRS dan MPR serta UUSPN No. 2 Tahun 1989:
ü      Di dalam Tap MPRS No. XXVII/MPRS/1966 Bab II Pasal 3 dicantumkan: “Tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945”
ü      Tap MPR No. IV/MPR/1978 menyebutkan: “Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
ü      Yang terakhir, di dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional Bab II pasal 4 dikemukakan: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketramplilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, cerdas, terampil serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
B. Pendidikan Formal
1.      Pengertian Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
…………. …………
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda, yaitu:
a.   Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
b.  Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
c.   Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
d.  Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja
e.   Pendidikan Menurut GBHN.
Sedangkan Tujuannya adalah memuat tentang gambaran nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai.oleh segenap kegiatan pendidikan.
2.      Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Manfaat dari Pendidikan Formal antara lain:
.

Read more...

pendidikan politik sejak dini bagi anak bangsa

Pendidikan Politik Sejak Dini Bagi Anak Bangsa

Oleh: David Sastra
Sistem politik Indonesia telah menempatkan partai politik sebagai pilar utama penyangga demokrasi. Artinya, tak ada demokrasi tanpa partai politik. Lantas, apa peran yang telah dirasakan oleh masyarakat dari partai politik dalam mewujudkan demokrasi yang diangankan? Ataukah jangan-jangan masyarakat tidak tahu dan alergi terhadap partai politik?
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 31 tahun 2002 tentang Partai Politik tercantum bahwa “Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum”. Banyak orang beranggapan bahwa politik itu kotor. Tetapi sesungguhnya politik adalah sebuah cara dan strategi untuk mencapai tujuan. Sepanjang tujuan yang ingin dicapai adalah baik dan dengan cara yang baik pula, maka tidak akan ada alasan untuk alergi dan menganggap politik itu kotor.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam realisasinya, banyak cara-cara kotor yang dilakukan oleh oknum-oknum politik dan dengan tujuan yang kurang atau sama sekali tidak berpihak pada rakyat. Ketika money politics makin akut; penggunaan kekuasaan untuk memobilisasi pemilih, termasuk cara-cara represif oleh militer dan milisia seperti di Aceh dan Papua, masih terjadi, wakil-wakil rakyat yang terpilih seakan tuli, dan buta akan keadaan masyarakat yang serba sulit, itulah yang menumbuhsuburkan anggapan masyarakat bahwa politik adalah suatu hal yang kotor. Partai politik hanyalah dianggap sebuah jembatan untuk meraup kekuasaan, dimana fungsionaris dan elit-elit partai  mulai ramah ketika menjelang proses pemilu.
Dengan citra partai politik yang demikian, sudah seharusnya partai politik bergegas dari kebiasan-kebiasaan lamanya dengan menunjukkan kinerja yang riil dalam memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara. Bukan semata kepentingan pribadi dan kepentingan penggagas-penggagas partai politik. Bila kita perhatikan, jumlah peserta pemilu di Indonesia selalu mengalami perubahan. Pada  pemilu pertama 1955, Indonesia menganut sistem multipartai. Kemudian menjadi hanya tiga partai sejak pemilu ketiga. Pada pemilu pertama setelah kejatuhan Presiden Soeharto, jumlah pesertanya melonjak jadi 48.
Jumlah partai politik peserta pemilu yang mengalami pasang surut ternyata tidak membawa perubahan yang signifikan di tengah-tengah masyarakat. Letak permasalahannya mungkin bukan pada jumlah partai, tetapi fungsi sebagai partai politik itu belum dapat diimplementasikan oleh partai politik. Fungsi-fungsi itu di antaranya yaitu:, fungsi edukasi, fungsi agregasi , fungsi artikulasi, fungsi edukasi dan fungsi rekrutmen.
Fungsi agregasi, adalah suatu proses penginputan berbagai kebutuhan, tuntutan dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar kepentigan, tuntutan dan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam pembuatan kebijakan publik.
Fungsi artikulasi, merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda digabungkan menjadi alternatif-alternatif pembuatan kebijakan publik.
Fungsi sosialisasi atau pendidikan politik, adalah partai politik mampu melakukan sosialisasi politik untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika politik yang berlaku atau dianut oleh suatu negara.
Fungsi rekrutmen adalah bagaimana partai politik memiliki andil yang cukup besar dalam hal: (1) Menyiapkan kader-kader pimpinan politik; (2) Selanjutnya melakukan seleksi terhadap kader-kader yang dipersiapkan; serta (3) Perjuangan untuk penempatan kader yang berkualitas, berdedikasi, memiliki kredibilitas yang tinggi, serta mendapat dukungan dari masyarakat pada jabatan jabatan politik yang bersifat strategis.
Tiga fungsi parpol yang pertama, terutama fungsi edukasi, adalah fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Akan tetapi, justru fungsi tersebut yang selama ini terabaikan. Sampai saat ini partai politik yang ada hanya terfokus pada fungsi yang terakhir saja. Untuk itu, seringkali demi meraup banyak kursi di parlemen, partai politik meraup suara dengan menggunakan figuritas seseorang, kejayaan tokoh masa lampau, artis yang sedang ngetop, dan langkah-langkah yang tidak mendidik masyarakat. Bila hal ini terus berlanjut, tidak akan ada perubahan yang signifikan pada negeri ini karena partai politik hanya dijadikan sebagai jalan untuk duduk di parlemen bukan jalan untuk sarana edukasi masyarakat.
Sudah saatnya pendidikan politik bagi masyarakat dalam segala kalangan usia diwujudkan dalam kegiatan yang nyata. Bukan hanya tertera pada UU partai politik ataupun menjadi program-program di atas kertas tanpa realisasi bagi partai politik. Rusadi Kartaprawira (dalam Asep:2007)  mengartikan pendidikan politik sebagai “upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politik”. Tujuannya tiada lain adalah menciptakan sistem yang lebih baik berdasarkan semangat Pancasila dan Nasionalisme menuju masyarakat Indonesia yang madani.
Dalam filosofi pendidikan, belajar merupakan sebuah proses panjang seumur hidup. Artinya pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungn diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks dan dinamis.
Pendidikan dan politik memiliki hubungan yang erat. Pendidikan berperan dalam menentukan corak dan arah kehidupan politik. Pendidikan politik dalam tataran formal bukan berarti politik praktis dapat merambah dunia pendidikan. Melainkan peserta didik dalam institusi formal belajar tentang politik dan membuka mata terhadap segala sesuatu yang terjadi di luar institusi pendidikannya.
Ketika anak-anak dan generasi muda Indonesia hanya dicekoki dengan pendidikan yang berbasis skill dan sains tanpa menanamkan rasa nasionalisme dan progresifitas, maka mereka akan hanya menjadi pekerja ketika telah lulus dari institusi pendidikan. Dan parahnya akan lebih mudah lagi untuk menjadi korban-korban regulasi yang dihasilkan oleh legislator-legislator yang entah dari proses apa dapat duduk di kursi legislatif.
Setiap orang tentu punya impian akan hidup yang lebih baik. Pemerintahan yang bersih dan merakyat. Stabilitas ekonomi dan keamanan. Legislator-legislator yang bijak dan memiliki empaty. Hakim-hakim yang adil. Polisi-polisi yang melayani dengan baik. Tentara yang dapat mengayomi. Serta guru-guru yang dapat menjadi tauladan dan pendidik yang baik. Generasi muda sebagai tunas-tunas bangsa ntuk mewujudkan impian itu. Generasi muda telah diberikan kesempatan, ini terlihat dari Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi Muda
Dalam Inpres tersebut disebutkan tujuan pendidikan politik adalah merupakan pedoman kepada generasi muda Indonesia guna meningkat kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan tujuan pendidikan politik lainnya adalah menciptakan genarasi muda Indonesia yang sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk membangun manusia Indonesia.
Keberhasilan pendidikan politik tidak akan dapat tercapai jika tidak dibarengi dengan usaha yang nyata dilapangan. Kerjasama dan dukungan dari semua pihak sangat berarti. Sungguh sangat sayang ketika generasi muda mendengar ”buat apa mahasiswa ngurusin pemilu, lebih baik ngurusin hal-hal yang bersifat sains sajalah” dari seorang staf di Kesbangpolinmas. Ini mencerminkan adanya pembatasan dan pengekangan terhadap pendidikan politik bagi generasi muda. Tapi hal seperti itu bukanlah tembok besar untuk membatasi perjuangan generasi muda. Hal tersbut lebih pantas untuk menjadi sebuah batu loncatan untuk belajar dengan lebih baik.
Pendidikan politik bagi generasi muda sejak dini amatlah vital dalam mendukung perbaikan sistem politik di Indonesia. Pengetahuan sejak dini terhadap komponen-komponen kenegaraan, arti nasionalisme, hak dan kewajiban, sistem pemerintahan, pemilu, dan segala seluk-beluk politik akan melahirkan orang-orang yang berkapasitas dan memiliki arah dalam perbaikan bangsa dan negara. Ketimbang orang orang yang beranjak dari perut lapar dan modal awal, yang ujung-ujungnya adalah makan sebanyak-banyaknya ketika menjabat.
Disamping itu, hal yang sangat menakutkan ketika globalisasi merambah segala sisi kehidupan. Semua punya kesempatan yang sama untuk berusaha. Jika generasi muda Indonesia tidak punya bekal dan kemampuan dalam hal politik maka pihak luar akan mudah mendominasi segala bidang kehidupan Indonesia. Apakah mungkin untuk mengharapkan orang lain untuk memperbaiki bangsa dan negara ini jika bukan kita sendiri? Jangankan orang lain, orang-orang Indonesia pun belum tentu semuanya memiliki rasa dan dedikasi untuk membangun bangsa dan tanah air. Karena dizaman globalisasi, rasa nasionalisme telah dieleminir oleh kapitalisme. Uanglah yang berada di atas segalanya. Dan inilah yang telah ditakutkan oleh pengagas bangsa ini, bahwa bangsa ini akan dirongrong oleh neokapitalisme. Penjajahan tidak lagi secara fisik tetapi telah dilakukan terhadap mental-mental anak bangsa.
Dengan keadaan seperti ini masihkan kaum tua mengedepankan egoistis untuk kepentingan-kepentingan jangka pendek. Apakah kaum tua merasa tersaingi oleh generasi-generasi muda yang ingin belajar dan berkarya untuk bangsa? Bukankah sangat mulia untuk menuntun dan memotivasi tunas-tunas bangsa ketimbang mengekang tunas-tunas itu menjadi sampah-sampah dalam masyarakat.
Hal inilah salah satunya yang menjadi alasan belum maksimalnya partisipasi politik masyarakat. Beberapa alasan mengapa pendidikan politik di Indonesia tidak memberi peluang yang cukup untuk meningkatkan partisipasi politik antara lain:
  1. Dalam masyarakat kita anak-anak tidak dididik untuk menjadi insan mandiri. Anak-anak bahkan mengalami alienasi dalam politik keluarga. Sejumlah keputusan penting dalam keluarga, termasuk keputusan tentang nasib si anak, merupakan domain orang dewasa. Anak-anak tidak dilibatkan sama sekali.
  2. Tingkat politisasi sebagian terbesar masyarakat kita sangat rendah. Di kalangan keluarga miskin, petani, buruh, dan lain sebagainya, tidak memiliki kesadaran politik yang tinggi, karena mereka lebih terpaku kepada kehidupan ekonomi dari pada memikirkan segala sesuatu yang bermakna politik. Bagi mereka, ikut terlibat dalam sejenisnya, bukanlah skala prioritas yang penting. Oleh karena itu, tingkat sosialisasi politik warga masyarakat seperti ini baru pada tingkat kongnitif, bukan menyangkut dimensi-dimensi yang bersifat evaluatif. Oleh karena itu, wacana tentang kebijakan pemerintah menyangkut masalah penting bagi masyarakat menjadi tidak penting buat mereka. Karena ada hal lain yang lebih penting, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar.
Sudah saatnya partai politik, elit-elit politik bergegas melakukan pendidikan politik bagi masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan politik akan erat kaitannya dengan bentuk pendidikan politik yang akan diterapkan dimasyarakat nantinya. Oleh karena itu, bentuk pedidikan politik yang dipilih dapat menentukan keberhasilan dari adanya penyelenggaraan pendidikan politik ini.
Pendidikan politik dapat diselenggarakan melalui bahan bacaan, seperti surat kabar dan lain-lain bentuk publikasi massa yang biasa membentuk pendapat umum. Siaran radio dan televisi serta film (audiovisual media). Lembaga atau asosiasi dalam dan juga lembaga pendidikan formal maupun informal. Aspek yang terpenting adalah bahwa pendidikan politik tersebut mampu untuk memobilisasi simbol-simbol nasional sehingga pendidikan politik mampu menuju pada arah yang tepat, yaitu meningkatkan daya pikir dan daya tanggap rakyat terhadap masalah politik. Selain itu, untuk pendidikan politik yang dipilih harus mampu meningkatkan rasa keterikatan diri (sense of belonging) yang tinggi terhadap tanah air, bangsa dan Negara
Sebuah partai agar mendapat dukungan dari masyarakat, partai tersebut harus mampu membuka pandangan tentang demokrasi, nilai-nilai kebangsaan dan hak-hak warganegara. Disamping itu partai politik harus mampu menjadikan masyarakat memahami posisinya sebagai warganegara dan mau berpartisipasi dalam kehidupan politiknya, hal ini dimaksudkan untuk : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang demokrasi dan hak-hak warga negara. memperkenalkan parpol sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan.  memperkenalkan lembaga-lembaga negara baik yang ada di tingkat pusat maupun daerah. Dan yang paling penting adalah sebuah bukti riil partai politik tidak hanya sebagai alat rekrutmen menjelang pemilu, tetapi kontribusi yang berkesinambungan terhadap perbaikan masyarakat dan bangsa. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka akan tercipta suatu kondisi dimana partisipasi masyarakat akan tinggi dalam proses politik, pemerintahan, maupun dalam pengambilan kebijakan publik.

Read more...

Definisi

Pengertian Definisi Pendidiakan Menurut Para Ahli

Kata pendidikan Berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilahpedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak. 
  1. Langefeld mengatakan mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai Kedewasaan
  1. Heageveld mengatakan mendidik adalah membantu anak dalam mencapai Kedewasaan
  1. Bojonegoro mengartikan mendidik adalah memeri tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan
  1. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya
  1. Rosseau mengatakan mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
  1. Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan
    kemajuan yang ledih baik.
  1. Paulo Freire ia mengatakan, pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.
  1. Ivan Illc mengatakan pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
  1. Edgar Dalle mengartikan pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
  1. Hartoto mengartikan pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya memanusiakan
  1. Ngalim Purwanto mengartikan pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan


(mini/Carapedia)


Pencarian Terbaru (100)
Pengertian pendidikan jasmani menurut para ahli. Definisi pendidikan. Definisi olahraga menurut para ahli. Pengertian penjas menurut para ahli. Pengertian budi pekerti menurut para ahli. Pengertian penjas. Pengertian anak menurut para ahli.
Pengertian pedagogik menurut para ahli. Pengertian budi pekerti. Pengertian pedagogik. Pengertian penjaskes. Pengertian membimbing. Definisi pedagogik. Pengertian kedewasaan.
Pengertian anak. Pengertian pendidikan menurut ahli. Olahraga menurut para ahli. Pengertian pendidikan olahraga. Arti pendidikan menurut beberapa ahli. Pengertian mendidik. Definisi pedagogik menurut para ahli.
Pendidikan jasmani menurut para ahli. Definisi pendidikan olahraga. Pengertian penjaskes menurut para ahli. Pedagogik menurut para ahli. Definisi mendidik. Arti pendidikan. Definisi pendidikan jasmani menurut para ahli.
Definisi penjas. Pengertian olahraga pendidikan. Pengertian pendidikan kesehatan menurut para ahli. Pengertian definisi menurut para ahli. Definisi kedewasaan. Pengertian pendidikan kesehatan. Pengertian bayi.
Pengertian definisi pendidikan. Pengertian pendidikan olahraga menurut para ahli. Pengertian penjas menurut ahli. Pengertian/devinisi pendidikan menurut para ahli. Pengertian pendidikan politik menurut para ahli. Pendidikan kesehatan menurut para ahli. Definisi pendidikan kesehatan.
Pengertian pendidikan jasmani menurut beberapa ahli. Definisi budi pekerti. Defenisi pendidikan. Pendidikan menurut para tokoh. Definisi budi pekerti menurut para ahli. Mendidik menurut para ahli. Definisi anak.
Budi pekerti menurut para ahli. Definisi anak menurut para ahli. Pengertian pendidikan menurut beberapa tokoh. Definisi membimbing. Pengertian definisi pendidikan menurut para ahli. Pendidikan politik menurut para ahli. Membimbing menurut para ahli.
Arti arti pendidikan. Dasar pengertian budi pekerti. Pendidikan olahraga menurut para ahli. Pengertian olahraga menurut beberapa ahli. Pengertian pendidikan politik. Pengertian jasmani. Pengertian anak anak.
Pengertian orang dewasa menurut para ahli. Pengertian pendidikan menurut aristoteles. Pengertian penjas dan olahraga. Pengertian penjas menurut beberapa ahli. Definisi pedagogik menurut ahli. Pengertian pendidikan jasmani. Definisi pendidikan jasmani.
Pengertian bayi menurut para ahli. Makna pendidikan menurut para ahli. Pengertian paedagogik. Mendidik adalah. Pengertian dewasa menurut para ahli. Penjas menurut para ahli. Anak menurut para ahli.
Pendapat para ahli tentang pengertian pendidikan. Definisi para ahli tentang pengertian pendidikan. Pengertian kedewasaan menurut para ahli. 5 definisi penjas. Pengertian pendidikan menurut ilmuan. Arti budi pekerti. Pengertian anak menurut.
Pendidikan sebagai ilmu dan seni. Definisi definisi pendidikan menurut para ahli. Pengertian jasmani menurut para ahli. Definisi pendidikan jasmani dan olahraga. Pengertian pedagogi. Pengertian membimbing dalam pendidikan. Definisi dewasa.
Definisi definisi pendidikan. Para ahli. Defenisi mendidik. Pengertian islam menurut para ulama. Definisi penjas menurut para ahli. Definisi pendidikan dari berbagai tokoh. Artinya membimbing.
Apakah pengertian penjas menurut para ahli. Arti pendidikan olahraga.

Read more...

Kamis, 29 Desember 2011

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada dasarnya kehidupan ini selaras seimbang antara segala sesuatu yang ada didalamnya, yaitu makhluk hidup, ada manusia, hewan dan tumbuhan, dan semua benda mati yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai peran dalam kehidupan ini. Yang membuat lingkungan rusak dan tidak tertata lagi selain sang pencipta adalah masalah siapa yang menduduki dan menjadi pemimpin di atasnya yakni manusia.
Kalau lingkungan mau stabil berarti manusia harus bisa menata kembali tatanannya dengan cara mendidik manusia-manusianya agar dapat mengelola lingkungannya.
Lingkungan dan Kependudukan bisa selaras apabila satu sama lain bisa seimbang. Dalam penerapan yang ada, pelaku utamanya adalah manusia selaku penduduk, yang di fokuskan kepada pengelolaan lingkungan melalui pendekatan pendidikan lingkungan mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi dan kepada masyarakat.
Lingkungan akan menjadi bumerang bila kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, akan mengancam keselamatan kita.
Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup : …
PLH adalah program pendidikan untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam dan terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan.(Mustofa).
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup :
PLH adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran yang di integrasikan keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu.
Agar ini berhasil maka perlu memperhatikan factor-faktor sebagai berikut:
  1. Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.
  2. Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan yang sedang berlaku.
  3. Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup. Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan.
Sekitar Lingkungan Kependudukan :
Dalam lingkungan tidak lepas dari dua komponen biotik dan abiotik. Biotik didalamnya terdapat mahluk hidup termasuk manusia, abiotik yaitu benda mati batu, tanah, matahari, anggin, air dan sebagainya. Tetapi yang paling besar peranannya adalah manusia.
Manusia pada dasarnya sebagai mahluk individu yang hidupnya ingin sendiri , tetapi manusia juga tidak lepas dari orang lain dan lingkungan sekitar karena itu manusia disebut juga makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri ia membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
Karena secara naluriah manusia selalu ingin berkumpul dengan orang lain sebab memiliki akal yang sempurna. Segala hal yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan orang lain berarti sosial.
a. Individu dan Masyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang ada di dunia, tetapi manusia lebih sempurna dengan makhluk lainnya yang ada di dunia. Karena adanya akal dan perbuatannyapun diatur oleh akal hanya sebagian kecil diatur oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai pengetahuan dan terus mengembangkan sehingga tercipta sesuatu hal yang baru dan lebih bermanfaat. Namun potensial itu hanya mungkin menjadi kenyataan apabila individu yang berpotensial bersangkutan saling berinteraksi dan hidup dalam suatu masyarakat saling timbal balik dan saling melengkapi.
b. Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk berkumpul/berkelompok timbul dari kesadaran manusia akan keinginan hidup saling memerlukan. Pergaulan antar sesama manusia adalah kebutuhan dan dari pengalamannya itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan itu semua tidak bisa dilakukan sendiri yakni harus ada timbal balik dari sesamanya dilingkungan sosial tersebut, maka itu terjadilah interaksi sosial.
c. Hubungan Makhluk dengan Lingkungan
Lingkungan terdiri komponen biotik dan abiotik. Biotik terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan. Abiotik terdiri dari benda-benda tak bernyawa yang ada disekitar kita.
Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan saling melengkapi, seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk keperluan pangan, butuh air untuk minum dan lainnya. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh matahari dan sebagainya.
d. Penduduk dan Sumber Daya Alam (SDA)
Manusia hidup bersama unsur lingkungan yang lainnya yakni sumber daya alam (SDA). SDA adalah segala sesuatu yang ada di alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak.Menurut sifatnya SDA ada yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas kelestarian SDA.
Agar SDA tetap lestari keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam melestarikan lingkungan dan disini diperlukan pendidikan agar tiap individu bisa melakukannya.
Masalah Lingkungan dan Kependudukan
Masalah lingkungan hidup adalah suatu persoalan yang dihadapi semua bangsa di dunia baik bangsa yang maju dan berkembang. Menurut Emil Salim (1986), sudah sejak lama masyarakat Indonesia hidup akrab dengan lingkungan alam juga memiliki semangat kekeluargaan yang besar dalam lingkungan sosial, dengan kata lain masyarakat Indonesia telah menerapkan pola hidup yang serasi dengan lingkungan hidup.
Jumlah penduduk mempengaruhi keseimbangan lingkungan, penyediaan sumber kekayaan lingkungan juga jadi tujuan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup. Penggunaan tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan IPTEK akan diikuti oleh pemakaian lahan.
Tekhnologi dan lingkungan :
Ilmu dan tekhnologi memberi peluang kepada manusia untuk merubah lingkungan. Perubahan yang terjadi bisa secara cepat atau lambat. Manusia menggunakan tekhnologi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa pada hakikatnya tekhnologi selain dapat membawa kesejahteraan dapat pula membawa bencana.
Pemakaian ilmu dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup manusia memberikan efek samping tersendiri. Adanya pabrik dan berbagai industri akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Dengan kata lain tekhnologi sangat bermanfaat bagi manusia, disamping itu juga tekhnologi mempunyai dampak buruk.
Peran Pendidikan Lingkungan Hidup :
Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS). Dasar filosofis mengajar dengan mengimpelementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah dari Rousseau dan Pestalozzi.
Jean Jacques Rousseau (1712-1788), mengatakan bahwa kesehatan dan aktifitas fisik adalah faktor utama dalam pendidikan anak-anak. Rousseau percaya bahwa “anak harus belajar langsung dari pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”. Disini lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran.
Johann Heinrich Pestalozzi (1716-1827), seorang pendidik berkebangsaan Swiss, dengan konsef “Home School”nya, menjadikan lingkungan alam sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan pengalaman pertama bagi anak-anak. Pestalozzi juga mengajarkan ilmu bumi dan alam sekitar kepada anak didiknya dengan fasilitas yang ada dilingkungan sekitarnya dan menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang.
Tanpa adanya campur tangan manusia, lingkungan hidup belum tentu dapat terawat. Maka dari itu, penduduk mesti berperan aktif dalam upaya menyelamatkan lingkungan.
Dalam rangka berperan aktif dalam menyelamatkan lingkungan di antaranya adalah:
  1. Peran sebagai pengelola, bukan penghancur lingkungan.
    Saat ini, banyak sekali penduduk yang perannya tidak sesuai dengan kenyataan. Yang mestinya menjadi pengelola, malah yang menjadi pengrusaknya. Pohon ditebang, lahan dieksporitasi dan udara dibuat mengandung penyakit.
  2. Peran sebagai penjaga, bukan perusak lingkungan.
    Kalau dalam diri penduduk sudah sadar akan pentingnya lingkungan hidup untuk kehidupannya. Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan menjadi perusak demi kepentingan pribadinya.
Sebab itulah pendidikan lingkungan di butuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak dini agar mereka mengerti dan kelak tidak merusak lingkungan.
Pendidikan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kependudukan, diantaranya:
  1. Aspek Kognitif
    Pendidikan lingkungan mempunyai fungsi terhadap kognitif yakni untuk meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan kependudukan, selain itu meningkatkan daya ingat, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi terhadap kondisi yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya.
  2. Aspek Afektif
    Sementara itu, Pendidikan lingkungan berfungsi juga dalam aspek afektif, yakni dapat meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan dengan alam. Sehingga, adanya penataan teradap kependudukan dilingkungan hidupnya.
  3. Aspek Psikomotor
    Dalam aspek psikomotor, fungsi Pendidikan Lingkungan cukup berperan dalam peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan dalam tentang lingkungan yang ada disekitar kita, dalam upaya meningkatkan hasanah kebudayaan misalnya.
  4. Aspek Minat
    Dalam aspek terakhir ini juga, fungsi dari pendidikan lingkungan terhadap kependudukan, yang dalam hal ini adalah penduduknya meningkat dalam minat yang tumbuh dalam dirinya. Minat tersebut, digunakan untuk meningkatkan usaha dalam menumbuhkan kesuksesan kependudukan yang ada.
Sjarkowi (2005), mengatakan bahwa membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran aktif manusia pembangunan di tengah lingkungan hidupnya, maka di seluruh penjuru nusantara perlu diselenggarakan program penghijauan kurikula (Greening The Curicules) seperti digagas Collet, J & S dan Karakhaslan (1996).
Dengan pola dan bobot pendidikan yang berwawasan lingkungan itu maka kadar kesepahaman antar sesama manusia pembangunan dan bobot kerjasama pro-aktif dan reaktif mereka terhadap bencana dan kerugian lingkungan pun akan dapat ditumbuhkan dengan cepat secara internal daerah atau bahkan kebangsaan maupun internasional.
Bencana lingkungan hidup seperti kebakaran, banjir, longsor dan lainya dapat merusak sumber daya alam. Sekali dimensi kelestarian sumber daya itu mengalami kerusakan tentunya akan sulit dipulihkan. Maka dapat dimengerti betapa pentingnya merealisasikan program pendidikan lingkungan, agar lingkungan terjaga keseimbangannya… Semoga … :)

Read more...

INTEGRITAS PENDIDIKAN PESANTREN MODERN

Sebagai sebuah institusi yang berjiwa dan berbentuk pondok pesantren, tentu misi utama dan pertama dari pondok pesantren tersebut adalah pendidikan. Pondok pesantren bisa dibilang sebagai mubtadi’ dari lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia yang cendrung mengikuti pola “Barat” yang modern. Oleh karena itu, pendidikan pondok pesantren acap kali dijuluki sebagai basis pendidikan tradisional yang merupakan khas pendidian Indonesia. Bahkan, Clifford Geertz menyebutkan bahwa pendidikan pesantren sebagai subkultural masyarakat Indonesia.

Pondok pesantren berdiri sezaman dengan masuknya Islam ke Indonesia, dan merupakan hasil dari proses akulturasi damai antara ajaran islam yang dibawa para wali dan pedagang yang umumnya bernuansa mistis, dengan budaya asli (indigenous culture ) bangsa Indonesiayang bersumber dari agama Hindu dan Budha.

Selain itu, Pendidikan pesantren merupakan sarana yang dirancang khusus oleh para ulama’ (dulu)  untuk membentuk pola fikir yang produktif dan progresif. Dengan adanya pola fikir yang produkif dan progresif tersebut maka natinya akan menghasilkan pribadi-pribadi unggul yang nantinya diharapkan dapat merealisasikan sumbangsih pemikiran yang begitu besar terhadap agama dan bangsa. sehingga Pendidikan pesantren menjadi suatu hal yang sangat urgen sekali untuk dikonsumsi oleh berbagai kalangan khususnya di negeri kita ini, ketika zaman sudah mulai merancang pola kehidupan modernnya seprti halnya sekarang ini. Karena, sejarah berbicara, bahwa mayoritas mereka yang sukses khususnya di Indonesiamerupakan alumni pondok pesantren. Seperti halnya Prof. Dr. Din Syamsuddin sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jamal D Rahman sebagai Pimpinan Redaksi majalah sastra terpopuler di Indonesia yaitu majalah Horison, Maftuh Basuni sebagai mentri agama dan masih banyak yang lainnya yang merupakan alumni pesantren.

Sistem pendidikan pesantren sudah terbukti bisa mencetak para santrinya menjadi pribadi-pribadi unggul, produktif dan progresif. Oleh karena itu, anggapan pemerintah yang sering menganak tirikan pesantren itu sebenarnya anggapan yang salah besar. Karena realita membuktikan para alumni pesantren sudah banyak yang membuktikan taringnya seperti halnya menjadi seorang politkus, penulis dan seorang pemimpin umat yang mempunyai karismatik tinggi.

Dengan berkembangnya zaman dari tahun ketahun, menandakan bahwa pondok pesantren itu harus mengadakan suatu penambahan sistem pendidikan. Karena kalau tidak direalisasikan penambahan sistem pendidikan tersebut maka pendidikan pesantren itu akan terkucilkan. Penambahan sistem  tersebut tentunya dengan tidak menghapus kebiasaan-kebiasaan dari sistem pendidikan pesantren, yaitu seperti keterampilan baca kitab kuning. Penambahan-penambahan sistem pendidikan tersebut seperti halnya ilmu-ilmu mantiq dan ilmu-ilmu umum lainnya yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah umum pada umumnya. Pendidikan pesantren seprtiinilah yang disebut sebagai pendidikan pesantren modern.

Sistem pendidikan pesantren modern merupakan acuan yang harus dikembangkan. Pendidikan pesantren modern seperti yang tercantum diatas bahwa tidak hanya mengajarkan anak didiknya supaya bisa baca kita kuning saja dan ilmu-ilmu umum lainnya, melainkan juga diajari bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Nah, inilah sebetulnya yang menjadi corak dari pendidikan pesantren modern. Karena kita tidak  mungkin menemukan sistem seperti ini selain di pesantren modern, pendidikan diluar pesantren seperti yang kita ketahui hanya bisa menyajikan bagaimana siswanya bisa ahli ilmu mantiq, matematika, sosiologi. Pada dasarnya pendidikan itu bukan hanya diajarkan seperti hal itu saja.

Kita bisa mengambil kesimpulan, bahwasanya pendidikan pesantren modern merupakan pendidikan yang paling komunikatif untuk dijadikan konsumsi bagi masyarakat Indonesiasehingga bangsa Indonesia dapat dibentuk menjadi pribadi-pribadi unggul, produktif dan progresif. Oleh karena itu, seyogyanyalah bagi kita untuk mengimplemintasikan sistem pendidikan pesantren tersebut supaya anatomi pemerintah yang menganak tirikan pendidikan pesantren modern  itu bisa terhapus di negeri Inodonesia ini.

Read more...

SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Written By Nunung Isa Anshory, M.Pd on Tuesday, October 11, 2011 | 10:33 PM

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Oleh: Mayra Walsh

Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang guru, di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan belajar mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Menurut Zuhairini (1997:212), tempat-tempat pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang “menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren.” Ini berarti bahwa sistem pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama seperti sistem pendidikan di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.

Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qurán dan kenyataan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren (Dhofier, 1985: 28).

Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru (Dhofier, 1985: 28). Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual.

Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah).

Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (Hasbullah, 1999:155).


Read more...

tujuan pendidikan multikultural

Tujuan pendidikan multikultural adalah agar anak-anak dapat menghormati keanekaragaman budaya yang ada dan mendorong mereka secara nyata untuk dapat mengenali dan melenyapkan kecurigaan serta diskriminasi yang telah ada. Pada intinya pendidikan multikultural mempunyai dua fokus persoalan, yaitu:
1. Proses pendidikan yang menghormati, mengakui dan merayakan perbedaan di semua bidang kehidupan manusia. Pendidikan multikultural merangsang anak terhadap kenyataan yang berkembang di masyarakat, yang berupa pandangan hidup, kebiasaan, kebudayaan, yang semuanya telah memperkaya kehidupan
manusia.
2. Proses pendidikan yang menerapkan persamaan keseimbangan dan HAM, menentang ketidakadilan diskriminasi dan menyuarakan nilai-nilai yang membangun keseimbangan.
3. Pendidikan multikultural adalah sintesa dari pendekatan pendidikan anti-rasis dan multi-budaya yang dipakai secara internasional pada tahun 60an hingga 90an.
Indonesia sejak awal berdirinya telah mempunyai banyak keanekaragaman budaya, suku, bahasa dan agama. Keanekaragaman inilah yang sering diistilahkan dengan multikultural atau interkultural. Kedua istilah ini menggambarkan situasi di mana terdapat banyak kultur dalam sebuah negara. Istilah multikulturalisme kadang digunakan untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang di dalamnya terdapat banyak kultur yang berbeda yang hidup berdampingan tanpa ada banyak interaksi. Istilah interkulturalisme mengungkapkan sebuah kepercayaan yang setiap orang merasa diperkaya secara pribadi dengan berinteraksi dengan kultur lain. Setiap orang dari suku yang berlainan dapat terlibat dan belajar dari satu sama lainnya.
Pendidikan tidak hanya merefleksikan kondisi masyarakat, tapi juga mempengaruhi perkembangannya. Misalnya, sekolah sesungguhnya mempunyai peran dalam mengembangkan masyarakat interkultural. Akan tetapi sekolah sebenarnya bukan satu-satunya yang terbebani dengan tanggung jawab menentang ketidakadilan budaya ataupun menyuarakan arti penting interkulturalisme. Sekolah mempunyai kontribusi yang penting untuk memfasilitasi perkembangan anak dalam hal penyikapan, kecakapan, nilai-nilai dan pengetahuan interkultural. Pendidikan interkultural seharusnya dijadikan sebagai cara untuk mengajak anak untuk berpartisipasi dalam perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Bisa dikatakan, pendidikan yang hanya didasarkan pada satu kultur, akan sulit mengembangkan anak didik ke depannya.

B. Pendidikan interkultural ditujukan untuk:
a. Menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat majemuk
b. Menumbuhkan kesadaran anak atas kultur mereka sendiri dan menyelaraskannya dengan kenyataan bahwa ada banyak cara hidup lain selain cara hidup mereka sendiri
c. Menumbuhkan respek terhadap lifestyle lain selain lifestyle mereka sendiri, sehingga anak akan saling memahami dan menghormati
d. Menumbuhkan komitmen persamaan hak dan keadilan
e. Membuat pilihan-pilihan bagi anak tentang bagaimana bertindak berkaitan dengan isu-isu diskriminasi dan kecurigaan
f. Menghargai dan menghormati kesamaan dan perbedaan
g. Menjadikan anak dapat mengungkapkan kultur dan sejarah mereka sendiri.
Pendidikan interkultural adalah untuk semua anak tanpa memperdulikan kebudayaan mereka sendiri. Karena semua anak sekarang hidup dalam suatu tatanan dunia yang semakin beranekaragam, maka kita perlu mempersiapkan mereka. Pendidikan interkultural adalah bagian penting dari pengalaman pendidikan setiap anak, baik ketika anak belajar di sekolah yang berkarakter multikultural maupun mono-kultural, bagi anak yang berasal dari kultur dominan maupun minoritas.
Pendidikan interkultural adalah untuk semua anak tanpa memperdulikan umur mereka. Mengakui bahwa perbedaan adalah normal dan wajar dalam hidup manusia, harus ditanamkan pada anak, berapa pun usia mereka. Sikap dan kemampuan anak yang mungkin akan menimbulkan persoalan kelak, sebenarnya telah berkembang ketika mereka masih kecil.
Bahasa dan perbincangan adalah komponen fundamental dari pendidikan interkultural. Adalah penting untuk memberikan anak informasi yang akurat dan menentang segala stereotip dan miskonsepsi. Mengembangkan kecakapan interkultural adalah lebih efektif jika dilakukan melalui perbincangan dengan anak tentang pemikirannya, daripada memberikan penjelasan mengenai salah dan benar.
Pendidikan interkultural terjadi secara natural melalui "kurikulum tersembunyi" melalui apa yang dilihat dan diserap di mana anak tersebut tumbuh. Sementara itu, kelihatannya mungkin dan perlu bila ide-ide interkultural dan keadaan mayarakat yang melingkupi anak, dimasukkan dalam pengajaran kurikulum formal. Dalam mengeksplorasi kurikulum tersembunyi yang ada di masyarakat secara alami, penting juga untuk dicatat bahwa apa yang ditemukan di dalam masyarakat sama pentingnya dengan apa yang tidak ada.
Pendidikan interkultural lebih berkaitan dengan kultur dan agama, daripada dengan warna kulit atau kebiasaan. Pada contoh kasus di atas, warna kulit yang menjadi persoalan diskriminasi. Pendidikan interkultural harus secara benar diposisikan dalam melawan diskriminasi karena warna kulit maupun kultur dan agama maupun kelompok minoritas.
lebih dari setahun yang lalu

Read more...

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP